Dewasa ini, tanpa sadar setiap hari kita diserbu oleh ajakan
untuk berbelanja melalui iklan-iklan di media cetak maupun elektronik yang
secara rutin menampilkan promosi barang atau jasa dalam kuantitas dan frekuensi
yang cukup tinggi/sering.Promosi barang atau jasa yang dibuat semenarik mungkin akan
memberikan rangsangan pada kita masyarakat untuk memiliki barang tersebut dan
akhirnya masyarakat menjadi punya Pola Hidup Yang Konsumtif.
Kita pasti sering lihat dan saksikan dengan orang-orang yang
ada disekitar kita, mereka yg bergaji UMR
2 - 3 juta tapi kemana-mana pegang handphone seri terbaru seharga 3 - 5 juta
keatas, yang lebih parahnya lagi mereka merasa bangga bisa memiliki barang seharga
2 - 3 kali lipat gaji bulanan mereka, artinya bahwa budaya Hedonisme dan
konsumtif sudah merajalela di masyarakat kita.
Masyarakat tidak bisa lagi membedakan antara :
"Kebutuhan Hidup" dan "Keinginan Untuk Gaya".
Tidak heran jika banyak kita temui masyarakat selalu
mengeluh jika gaji mereka selalu pas-pasan karena mereka tidak bisa mengatur
keuangannya dengan baik alias Konsumtif, lebih mementingkan gaya hidup sesaat
daripada Investasi dan Menabung buat masa depan.
BENAR_apa_BENER
Dalam keseharian, kita sering melihat atau mendengar orang
berkomentar:
"Jangankan untuk MENABUNG, untuk makan saja
susah."
(Benar apa Bener)
Apa yang mau DITABUNG ? Nanti saja kalau kebutuhan pokok
sudah terpenuhi dan ada PENGHASILAN LEBIH barulah saya MENABUNG.
Sepintas kalimat itu kedengarannya masuk akal. Ya..itulah kenyataan dan real jawaban yg sering diucapkan..
Namun justru Pola pikir seperti itulah yang SALAH dan
membuat orang tidak mempunyai TABUNGAN di masa TUA nya.
Itu kenapa menurut majalah SWA dikatakan bahwa 80% Eksekutif
Muda Indonesia diprediksi akan Miskin di hari tua mereka karena gaya HEDONISME
yang berlebihan..
Ibarat nya, BESAR PASAK DARIPADA TIANG. Lalu bagaimana seharusnya ... ???
RUBAH POLA PIKIR ANDA
Jangan tunggu ada penghasilan lebih, baru anda memutuskan
MENABUNG
Tapi MENABUNGLAH untuk mendapatkan penghasilan lebih
(Benar apa Bener)
Comments
Post a Comment